Jerry D Gray "The Real Truth" : Membongkar Kebohongan AmerikaOleh
Peristiwa 11 September Sungguh Janggal
"Perhatikan betapa mulus dan rapinya rumput di depan
Pentagon. Tidak satu sentimeter pun kerusakan
terlihat, Bagaimana itu mungkin? Semua saksi mata
setiap media massa memahami pemberitaan yang senada.
Pesawat terlebih dahulu menghantam tanah, lalu
meluncur menabrak gedung. Perhatikan gambar di atas!
Apalagi yang perlu dikatakan. Media massa berbohong
terhadap kejadian yang sesungguhnya. Mengapa?"
Begitu jeritan hati Jerry D. Gray, mantan anggota AD
Amerika yang kemudian memeluk Islam ( Baca artikelnya
Jerry “Abdurrahman” Gray Mendapat Hidayah di Arab
Saudi ), telah lama tinggal di Indonesia dan
mempersunting istri asal Garut, dalam bukunya ketika
ia merasa terpanggil untuk meluruskan segala
pemberitaan ihwal runtuhnya gedung Pentagon pada 11
September 2001 silam. :swf
"Kita tahu hampir 90 persen media massa di AS adalah
milik Yahudi. Maka tak heran kalau mereka berbohong,"
ujar Jerry dalam acara peluncuran dan bedah bukunya,
di Masjid Al 'Araf, Walisongo, Jakarta, Ahad, 19
Desember 2004.
Jerry, seorang jurnalis (kameramen) yang juga mantan
mekanik pesawat ini, telah mencium ketidakberesan
tragedi 11 September 2001 yang meluluhlantakkan menara
kembar WTC di New York, Ia mengumpulkan berbagai fakta
dari sumber yang ada, lalu menyusunnya secara cermat,
membeberkan kebohongan-kebohongan Amerika melalui
temuan-temuan spektakulernya.
Seperti diketahui selama ini, serangan terhadap menara
WTC dan Pentagon dilakukan oleh kelompok teroris Al
Qaidah dan otak atau aktor intelektualnya iaiah Osama
bin Laden. Pembentukan opini global ini telah
berlangsung selama tiga tahun sehingga dampaknya
terasa juga di Indonesia seperti adanya
tuduhan-tuduhan yang keji seakan-akan sarang teroris
berada di negeri ini.
Dalam pengantar buku tersebut, Suripto SH, Ketua Dewan
Penasehat Lembaga Studi Pertahanan dan Studi Strategis
Indonesia (LESPERSSI) yang juga anggota Komisi I DPR
dan mantan Kabak ini mengatakan, Tragedi 11 Septernber
yang meruntuhkan gedung WTC dan Pentagon ini mustahil
dilakukan oleh Jaringan Al Qaidah pimpinan Osama Bin
Laden. Menurut Suripto, tindakan teroris yang
sedemikian rapi dan canggih hanya bisa dilakukan oleh
apa yang dinamakan terorisrne negara (State
Terrorism).
"Hanya terorisme negara yang mempunyai kapabilitas
untuk melakukan tindakan terror yang didukung oleh
fasilitas negara; berupa dukungan anggaran yang besar,
didukung pula oleh organisasi intelijen dan
menggunakan mesin propaganda resmi (pemerintah).
Sejarah telah membuktikan terorisme negara pernah
dilakukan oleh Hitler di Jerman, Stalin di Uni Soviet,
Mussolini di Italia, Pol Pot di Kamboja, dan Soeharto
di Indonesia," ujar anggota DPR dari PKS initegas.
Dalam menjalankan mesin terornya, AS menggunakan badan
intelijen CIA dan institusi USIS - sekarang bernama
USIA. Salahsatu propaganda pada tingkat global yang
digunakan AS adalah CNN. Maka tayangan langsung CNN
atas peristiwa 11/9 terkesan kuat merupakan bagian
dari kegiatan terorisme negara yang sebenarnya adalah
suatu skenario dari Bush dengan mengutuk aksi teror
WTC dan Pentagon. Jadi kelas berita-berita yang
ditayangkan CNN itu termasuk kategori Black
Propaganda, lempar batu sembunyi tangan.
Operasi itu telah disiapkan dengan matang, dengan
sasaran jangka pendek, bahkan jangka menengah dan
panjang. Maksud dan tujuan sasaran jangka pendek itu
adalah untuk membangkitkan kebencian rakyat Amerika
dan sekutunya terhadap umat Islam yang diberi label
"teroris", membangun opini global tentang adanya musuh
bersama yang harus diperangi, seperti ucapan Bush
setelah terjadinya peristiwa 11/9: "If you are not
with us, you're against us."
Berkembang slogan Mimpi Amerika, Mimpi Buruk Dunia.
Slogan tersebut sangat tepat menggambarkan Amerika
saat ini. Terpilihnya kembali George W Bush
mengukuhkan slogan di atas, mengingat janjinya untuk
melanjutkan perang melawan 'terorisme' yang
dialamatkan kepada Islam. Padahal, tragedi. WTC di New
York 11 September 2001 masih meninggalkah banyak
misteri dan tetap tidak jelas siapa pelakunya.
Sementara itu, Amerika yang menyerukan perang melawan
terorisme; dengan bebas malah rnembuat teror,
khususnya di negeri-negeri, Muslim seperti
Afghanistan, Palestina (melalui Yahudi-lsrael), Irak
dan Sudan. Di Fallujah dan kota-kota lain di Irak,
bahkan masjid-masjid di Fallujah, terus dibombardir
oleh pasukan Amerika.
Di forum dunia, dengan penguasaannya terhadap media,
Amerika terus membuat kebohongan demi kebohongan.
Amerika menyangka, masyarakat dunia begitu mudah
dibohongi, termasuk masyarakatnya sendiri. Hingga saat
ini, kebohongan masih terus terjadi! (Amanah online)
Kebohongan datang dan kebohongan pun terungkap.
Begitulah kesimpulan buku ini.
Judul Buku : The Real Truth The Hard Evidence Exposed
Penulis : Jerry D. Gray
Penerbit : Sinergi (Kelompok Penerbit Gema Insani)
Tebal
viii + 118halaman
Jerry D Gray : Peristiwa 11 September Sungguh Janggal
Jerry D Gray ingat betul kejadian yang dialaminya
tanggal 11 September 2001. Saat itu, mantan kameraman
freelance CNBC Asia ini tengah asyik berselancar di
internet. Tiba-tiba telepon di sampingnya berdering.
"Hidupkan televisimu sekarang!" demikian bunyi suara
di ujung sana.
Telepon itu berasal dari ibunda Jerry yang ketika itu
berada di Wisconsin, Amerika Serikat. Jerry sendiri
menetap di Jakarta -- dia sudah lama tinggal di kota
ini sejak tahun 80-an. Mendengar suara gugup
ibundanya, tanpa pikir lama-lama, dia pun segera
menyalakan televisi.
Terlihatlah suasana menegangkan usai meledaknya menara
kembar World Trade Center (WTC) New York, akibat
hantaman dua buah pesawat berbadan lebar. Kejadian
tersebut disiarkan langsung oleh sebuah stasun
televisi asing dan disebarluaskan ke seluruh penjuru
dunia. Serta merta, hati Jerry berkecamuk, sedih
sekaligus marah melihat banyak orang tak berdosa
menjadi korban. Terbayang warga di negara tempat
kelahirannya itu panik bukan kepalang.
Itulah awal dari peristiwa yang kemudian dikenal
sebagai Tragedi 11 September 2001. Sebuah kejadian
yang hingga kini masih menyisakan kisah sedih. Tak
hanya bagi keluarga korban yang ditinggalkan, namun
juga komunitas umat Muslim di seluruh dunia. Beberapa
saat setelah pihak yang berwenang di AS mengadakan
penyelidikan, maka ditengarai kelompok teroris asal
Timur Tengah berada di balik kejadian tersebut. Karena
wilayah Timur Tengah identik dengan agama Islam, serta
merta perhatian dunia pun tertuju pada Islam serta
para penganutnya.
Media massa Barat dengan segala reportasenya
menjadikan momentum itu sebagai sarana untuk mengupas
tuntas tentang Islam. Begitu gencarnya pemberitaan
tentang peristiwa 11 September dan Islam sendiri,
hingga tak jarang -- seperti dikhawatirkan sebagian
kalangan Muslim -- media Barat kerap menyudutkan umat
Islam.
Hal itu pula yang kemudian membuat Jerry gundah.
Berdasarkan pengamatan serta observasi terhadap
gambar-gambar berita maupun informasi aktual, lelaki
asal AS ini merasa bahwa banyak kejanggalan dan fakta
yang disembunyikan oleh kalangan pemerintah serta
media massa AS berkaitan peristiwa 11 September tadi.
Apalagi kemudian, umat Islam didudukkan sebagai
"terdakwa" dalam kejadian ini.
Tetapi, kenapa Jerry merasa resah dengan berita
menyudutkan dari media massa Barat terhadap Islam?
Jangan lihat dia dari namanya. Jerry, atau tepatnya
Haji Jerry, telah menjadi Muslim sejak 1984. Sepulang
menunaikan ibadah haji, ia mengantongi nama baru, H
Abdurrahman.
Sebagai Muslim, lelaki kelahiran Wiesbaden Jerman, 24
September 1960, ini merasa teriris hatinya dengan
tudingan tanpa dasar mengenai keterlibatan Muslim
dalam tragedi WTC. Hari-hari selanjutnya, waktunya
seperti habis untuk mengikuti pemberitaan 11 September
melalui media cetak, televisi, maupun internet. Tapi
lama kelamaan, berdasarkan pengalaman sebagai jurnalis
televisi, dirinya melihat ada banyak keanehan dan
kejanggalan atas kejadian tersebut.
Awal kecurigaannya adalah, bagaimana CNN dapat begitu
cepat menyiapkan siaran langsung 11 September ke
seluruh dunia? Dari pengalamannya ketika membantu
persiapan siaran sebuah stasiun televisi swasta di
Jakarta, paling tidak butuh waktu 20 menit untuk
mengeset peralatan bagi keperluan siaran langsung di
lapangan.
Dikatakan, rentang waktu antara insiden penabrakan
pertama dan insiden penabrakan kedua tak lebih dari 18
menit. "Akan tetapi, CNN sudah mampu menayangkan
langsung kejadian tabrakan kedua hanya dalam waktu
kurang dari 18 menit dari tabrakan pertama," kata dia
dalam bahasa Indonesia yang fasih. Jerry berasumsi,
situasi ini yang tidak mungkin terlaksana dalam
kondisi normal. "Kecuali jika CNN memang telah
mengetahui rencana peristiwa tersebut hingga dapat
terlebih dahulu menyiapkan segala peralatannya,"
imbuhnya.
Sejak itulah batin dan sanubarinya terus didera
gejolak. Sampai pada akhirnya, dia memutuskan, bahwa
sebagai manusia dia tidak bisa tinggal diam serta
tidak melakukan apa-apa menyangkut kejanggalan ini.
The needs of the many outways the needs of the few,
begitu prinsipnya. Maka, Jerry pun mulai mengadakan
penelitian terhadap semua gambar, pemberitaan, foto,
dan video terkait peristiwa mengenaskan itu.
Dari situ makin banyaklah kejanggalan serta keanehan
berhasil dia temukan mengenai fakta-fakta kejadian 11
September. Semuanya itu lantas dituangkan dalam sebuah
buku berjudul The Hard Evidence Exposed! The Real
Truth 9-11. Salah satu kesimpulan pada buku setebal
116 halaman ini adalah: sesungguhnya ada sesuatu lebih
besar di balik kejadian 11 September 2001.
Perkenalan Jerry dengan Islam terjadi di Arab Saudi
tahun 80-an. Saat itu dia bertugas sebagai mekanik
pesawat AU AS serta menjadi instruktur di New Saudi
Mechanics. Awalnya, dia mengaku enggan masuk ke Arab
Saudi karena merasa takut dengan orang Arab dan Islam.
Tapi apapun alasannya, tugas tetap tidak bisa ditolak.
Akan tetapi, setelah sekian lama, kekhawatirannya
tidak terbukti. Sebaliknya, dilihatnya orang-orang
Islam jauh dari kesan teroris. "Mereka sangat cinta
Tuhan, selalu shalat lima waktu, mengerjakan puasa dan
banyak lagi," kenangnya.
Rasa ingin tahunya terhadap agama Islam pun kian
bertambah. Jerry lantas mulai berani bertanya tentang
Islam kepada rekan-rekannya yang beragama Islam.
Hingga kemudian, seorang rekannya yang berasal dari
Yaman membawakannya terjemahan kitab suci Alquran
berbahasa Inggris. "Saya pun membaca terjemahan itu,
dan seketika usai membaca satu ayat -- saya lupa nama
ayatnya -- tak sadar saya menangis," ungkap Jerry.
Usai membaca tiga empat ayat berikutnya, Jerry merasa
tidak perlu waktu lama untuk menyimpulkan bahwa apa
yang tertulis di dalam Alquran adalah benar adanya.
Namun hingga saat itu, dia mengaku belum berniat masuk
Islam, hanya sekedar ingin tahu saja. Beberapa bulan
berikutnya, seorang rekannya dari Indonesia mengajak
dia kepada seorang guru agama. "Saya katakan kepada
guru itu, saya tidak mau masuk Islam, tapi guru
tersebut memintanya ikut mendengarkan ceramah dan
pembacaan Alquran di tempatnya."
Pulang dari situ, Jerry banyak termenung. Hatinya
berkecamuk. Sampai di rumah dia langsung masuk kamar
dan membaca kembali Alquran terjemahan pemberian
rekannya terdahulu. Sejak saat itu, hidayah datang
kepadanya yang menetapkan niatnya untuk masuk Islam.
Setelah masa tugasnya di Arab Saudi berakhir, ia tidak
kembali ke AS, tapi memutuskan pindah ke Indonesia. Di
Jakarta, mantan mekanik US Air Force tersebut kemudian
menggeluti dunia jurnalistik televisi.
Kini setelah sukses dengan bukunya, Jerry lebih giat
untuk memantau berita-berita dan informasi tentang
Islam. Bukan cuma itu, kegiatannya pun kian bertambah
dengan aktivitas dakwahnya di masjid-masjid dan majlis
taklim seputar Jabotabek. Kepada saudara-saudara
Muslimnya, ia banyak berkisah tentang mulianya Islam
dan temuan-temuannya.
Ia juga kerap menyampaikan pesan-pesan singkat, tapi
mengena. "Pendek kata, umat Islam harus menunjukkan
wajahnya yang ramah dan cinta damai. Jangan reaksi
berlebihan karena itulah yang tengah ditunggu-tunggu
oleh kalangan media Barat untuk menyudutkan kita,"
kata dia.
Jerry D.Gray
Kelahiran : Wiesbaden, 24 September 1960
Karier :
- mekanik pesawat AU AS
- instruktur selam
- kameraman freelance CNBC Asia
Nama istri : Ratna Komala
Nama anak : Adam
Peristiwa 11 September Sungguh Janggal
"Perhatikan betapa mulus dan rapinya rumput di depan
Pentagon. Tidak satu sentimeter pun kerusakan
terlihat, Bagaimana itu mungkin? Semua saksi mata
setiap media massa memahami pemberitaan yang senada.
Pesawat terlebih dahulu menghantam tanah, lalu
meluncur menabrak gedung. Perhatikan gambar di atas!
Apalagi yang perlu dikatakan. Media massa berbohong
terhadap kejadian yang sesungguhnya. Mengapa?"
Begitu jeritan hati Jerry D. Gray, mantan anggota AD
Amerika yang kemudian memeluk Islam ( Baca artikelnya
Jerry “Abdurrahman” Gray Mendapat Hidayah di Arab
Saudi ), telah lama tinggal di Indonesia dan
mempersunting istri asal Garut, dalam bukunya ketika
ia merasa terpanggil untuk meluruskan segala
pemberitaan ihwal runtuhnya gedung Pentagon pada 11
September 2001 silam. :swf
"Kita tahu hampir 90 persen media massa di AS adalah
milik Yahudi. Maka tak heran kalau mereka berbohong,"
ujar Jerry dalam acara peluncuran dan bedah bukunya,
di Masjid Al 'Araf, Walisongo, Jakarta, Ahad, 19
Desember 2004.
Jerry, seorang jurnalis (kameramen) yang juga mantan
mekanik pesawat ini, telah mencium ketidakberesan
tragedi 11 September 2001 yang meluluhlantakkan menara
kembar WTC di New York, Ia mengumpulkan berbagai fakta
dari sumber yang ada, lalu menyusunnya secara cermat,
membeberkan kebohongan-kebohongan Amerika melalui
temuan-temuan spektakulernya.
Seperti diketahui selama ini, serangan terhadap menara
WTC dan Pentagon dilakukan oleh kelompok teroris Al
Qaidah dan otak atau aktor intelektualnya iaiah Osama
bin Laden. Pembentukan opini global ini telah
berlangsung selama tiga tahun sehingga dampaknya
terasa juga di Indonesia seperti adanya
tuduhan-tuduhan yang keji seakan-akan sarang teroris
berada di negeri ini.
Dalam pengantar buku tersebut, Suripto SH, Ketua Dewan
Penasehat Lembaga Studi Pertahanan dan Studi Strategis
Indonesia (LESPERSSI) yang juga anggota Komisi I DPR
dan mantan Kabak ini mengatakan, Tragedi 11 Septernber
yang meruntuhkan gedung WTC dan Pentagon ini mustahil
dilakukan oleh Jaringan Al Qaidah pimpinan Osama Bin
Laden. Menurut Suripto, tindakan teroris yang
sedemikian rapi dan canggih hanya bisa dilakukan oleh
apa yang dinamakan terorisrne negara (State
Terrorism).
"Hanya terorisme negara yang mempunyai kapabilitas
untuk melakukan tindakan terror yang didukung oleh
fasilitas negara; berupa dukungan anggaran yang besar,
didukung pula oleh organisasi intelijen dan
menggunakan mesin propaganda resmi (pemerintah).
Sejarah telah membuktikan terorisme negara pernah
dilakukan oleh Hitler di Jerman, Stalin di Uni Soviet,
Mussolini di Italia, Pol Pot di Kamboja, dan Soeharto
di Indonesia," ujar anggota DPR dari PKS initegas.
Dalam menjalankan mesin terornya, AS menggunakan badan
intelijen CIA dan institusi USIS - sekarang bernama
USIA. Salahsatu propaganda pada tingkat global yang
digunakan AS adalah CNN. Maka tayangan langsung CNN
atas peristiwa 11/9 terkesan kuat merupakan bagian
dari kegiatan terorisme negara yang sebenarnya adalah
suatu skenario dari Bush dengan mengutuk aksi teror
WTC dan Pentagon. Jadi kelas berita-berita yang
ditayangkan CNN itu termasuk kategori Black
Propaganda, lempar batu sembunyi tangan.
Operasi itu telah disiapkan dengan matang, dengan
sasaran jangka pendek, bahkan jangka menengah dan
panjang. Maksud dan tujuan sasaran jangka pendek itu
adalah untuk membangkitkan kebencian rakyat Amerika
dan sekutunya terhadap umat Islam yang diberi label
"teroris", membangun opini global tentang adanya musuh
bersama yang harus diperangi, seperti ucapan Bush
setelah terjadinya peristiwa 11/9: "If you are not
with us, you're against us."
Berkembang slogan Mimpi Amerika, Mimpi Buruk Dunia.
Slogan tersebut sangat tepat menggambarkan Amerika
saat ini. Terpilihnya kembali George W Bush
mengukuhkan slogan di atas, mengingat janjinya untuk
melanjutkan perang melawan 'terorisme' yang
dialamatkan kepada Islam. Padahal, tragedi. WTC di New
York 11 September 2001 masih meninggalkah banyak
misteri dan tetap tidak jelas siapa pelakunya.
Sementara itu, Amerika yang menyerukan perang melawan
terorisme; dengan bebas malah rnembuat teror,
khususnya di negeri-negeri, Muslim seperti
Afghanistan, Palestina (melalui Yahudi-lsrael), Irak
dan Sudan. Di Fallujah dan kota-kota lain di Irak,
bahkan masjid-masjid di Fallujah, terus dibombardir
oleh pasukan Amerika.
Di forum dunia, dengan penguasaannya terhadap media,
Amerika terus membuat kebohongan demi kebohongan.
Amerika menyangka, masyarakat dunia begitu mudah
dibohongi, termasuk masyarakatnya sendiri. Hingga saat
ini, kebohongan masih terus terjadi! (Amanah online)
Kebohongan datang dan kebohongan pun terungkap.
Begitulah kesimpulan buku ini.
Judul Buku : The Real Truth The Hard Evidence Exposed
Penulis : Jerry D. Gray
Penerbit : Sinergi (Kelompok Penerbit Gema Insani)
Tebal

Jerry D Gray : Peristiwa 11 September Sungguh Janggal
Jerry D Gray ingat betul kejadian yang dialaminya
tanggal 11 September 2001. Saat itu, mantan kameraman
freelance CNBC Asia ini tengah asyik berselancar di
internet. Tiba-tiba telepon di sampingnya berdering.
"Hidupkan televisimu sekarang!" demikian bunyi suara
di ujung sana.
Telepon itu berasal dari ibunda Jerry yang ketika itu
berada di Wisconsin, Amerika Serikat. Jerry sendiri
menetap di Jakarta -- dia sudah lama tinggal di kota
ini sejak tahun 80-an. Mendengar suara gugup
ibundanya, tanpa pikir lama-lama, dia pun segera
menyalakan televisi.
Terlihatlah suasana menegangkan usai meledaknya menara
kembar World Trade Center (WTC) New York, akibat
hantaman dua buah pesawat berbadan lebar. Kejadian
tersebut disiarkan langsung oleh sebuah stasun
televisi asing dan disebarluaskan ke seluruh penjuru
dunia. Serta merta, hati Jerry berkecamuk, sedih
sekaligus marah melihat banyak orang tak berdosa
menjadi korban. Terbayang warga di negara tempat
kelahirannya itu panik bukan kepalang.
Itulah awal dari peristiwa yang kemudian dikenal
sebagai Tragedi 11 September 2001. Sebuah kejadian
yang hingga kini masih menyisakan kisah sedih. Tak
hanya bagi keluarga korban yang ditinggalkan, namun
juga komunitas umat Muslim di seluruh dunia. Beberapa
saat setelah pihak yang berwenang di AS mengadakan
penyelidikan, maka ditengarai kelompok teroris asal
Timur Tengah berada di balik kejadian tersebut. Karena
wilayah Timur Tengah identik dengan agama Islam, serta
merta perhatian dunia pun tertuju pada Islam serta
para penganutnya.
Media massa Barat dengan segala reportasenya
menjadikan momentum itu sebagai sarana untuk mengupas
tuntas tentang Islam. Begitu gencarnya pemberitaan
tentang peristiwa 11 September dan Islam sendiri,
hingga tak jarang -- seperti dikhawatirkan sebagian
kalangan Muslim -- media Barat kerap menyudutkan umat
Islam.
Hal itu pula yang kemudian membuat Jerry gundah.
Berdasarkan pengamatan serta observasi terhadap
gambar-gambar berita maupun informasi aktual, lelaki
asal AS ini merasa bahwa banyak kejanggalan dan fakta
yang disembunyikan oleh kalangan pemerintah serta
media massa AS berkaitan peristiwa 11 September tadi.
Apalagi kemudian, umat Islam didudukkan sebagai
"terdakwa" dalam kejadian ini.
Tetapi, kenapa Jerry merasa resah dengan berita
menyudutkan dari media massa Barat terhadap Islam?
Jangan lihat dia dari namanya. Jerry, atau tepatnya
Haji Jerry, telah menjadi Muslim sejak 1984. Sepulang
menunaikan ibadah haji, ia mengantongi nama baru, H
Abdurrahman.
Sebagai Muslim, lelaki kelahiran Wiesbaden Jerman, 24
September 1960, ini merasa teriris hatinya dengan
tudingan tanpa dasar mengenai keterlibatan Muslim
dalam tragedi WTC. Hari-hari selanjutnya, waktunya
seperti habis untuk mengikuti pemberitaan 11 September
melalui media cetak, televisi, maupun internet. Tapi
lama kelamaan, berdasarkan pengalaman sebagai jurnalis
televisi, dirinya melihat ada banyak keanehan dan
kejanggalan atas kejadian tersebut.
Awal kecurigaannya adalah, bagaimana CNN dapat begitu
cepat menyiapkan siaran langsung 11 September ke
seluruh dunia? Dari pengalamannya ketika membantu
persiapan siaran sebuah stasiun televisi swasta di
Jakarta, paling tidak butuh waktu 20 menit untuk
mengeset peralatan bagi keperluan siaran langsung di
lapangan.
Dikatakan, rentang waktu antara insiden penabrakan
pertama dan insiden penabrakan kedua tak lebih dari 18
menit. "Akan tetapi, CNN sudah mampu menayangkan
langsung kejadian tabrakan kedua hanya dalam waktu
kurang dari 18 menit dari tabrakan pertama," kata dia
dalam bahasa Indonesia yang fasih. Jerry berasumsi,
situasi ini yang tidak mungkin terlaksana dalam
kondisi normal. "Kecuali jika CNN memang telah
mengetahui rencana peristiwa tersebut hingga dapat
terlebih dahulu menyiapkan segala peralatannya,"
imbuhnya.
Sejak itulah batin dan sanubarinya terus didera
gejolak. Sampai pada akhirnya, dia memutuskan, bahwa
sebagai manusia dia tidak bisa tinggal diam serta
tidak melakukan apa-apa menyangkut kejanggalan ini.
The needs of the many outways the needs of the few,
begitu prinsipnya. Maka, Jerry pun mulai mengadakan
penelitian terhadap semua gambar, pemberitaan, foto,
dan video terkait peristiwa mengenaskan itu.
Dari situ makin banyaklah kejanggalan serta keanehan
berhasil dia temukan mengenai fakta-fakta kejadian 11
September. Semuanya itu lantas dituangkan dalam sebuah
buku berjudul The Hard Evidence Exposed! The Real
Truth 9-11. Salah satu kesimpulan pada buku setebal
116 halaman ini adalah: sesungguhnya ada sesuatu lebih
besar di balik kejadian 11 September 2001.
Perkenalan Jerry dengan Islam terjadi di Arab Saudi
tahun 80-an. Saat itu dia bertugas sebagai mekanik
pesawat AU AS serta menjadi instruktur di New Saudi
Mechanics. Awalnya, dia mengaku enggan masuk ke Arab
Saudi karena merasa takut dengan orang Arab dan Islam.
Tapi apapun alasannya, tugas tetap tidak bisa ditolak.
Akan tetapi, setelah sekian lama, kekhawatirannya
tidak terbukti. Sebaliknya, dilihatnya orang-orang
Islam jauh dari kesan teroris. "Mereka sangat cinta
Tuhan, selalu shalat lima waktu, mengerjakan puasa dan
banyak lagi," kenangnya.
Rasa ingin tahunya terhadap agama Islam pun kian
bertambah. Jerry lantas mulai berani bertanya tentang
Islam kepada rekan-rekannya yang beragama Islam.
Hingga kemudian, seorang rekannya yang berasal dari
Yaman membawakannya terjemahan kitab suci Alquran
berbahasa Inggris. "Saya pun membaca terjemahan itu,
dan seketika usai membaca satu ayat -- saya lupa nama
ayatnya -- tak sadar saya menangis," ungkap Jerry.
Usai membaca tiga empat ayat berikutnya, Jerry merasa
tidak perlu waktu lama untuk menyimpulkan bahwa apa
yang tertulis di dalam Alquran adalah benar adanya.
Namun hingga saat itu, dia mengaku belum berniat masuk
Islam, hanya sekedar ingin tahu saja. Beberapa bulan
berikutnya, seorang rekannya dari Indonesia mengajak
dia kepada seorang guru agama. "Saya katakan kepada
guru itu, saya tidak mau masuk Islam, tapi guru
tersebut memintanya ikut mendengarkan ceramah dan
pembacaan Alquran di tempatnya."
Pulang dari situ, Jerry banyak termenung. Hatinya
berkecamuk. Sampai di rumah dia langsung masuk kamar
dan membaca kembali Alquran terjemahan pemberian
rekannya terdahulu. Sejak saat itu, hidayah datang
kepadanya yang menetapkan niatnya untuk masuk Islam.
Setelah masa tugasnya di Arab Saudi berakhir, ia tidak
kembali ke AS, tapi memutuskan pindah ke Indonesia. Di
Jakarta, mantan mekanik US Air Force tersebut kemudian
menggeluti dunia jurnalistik televisi.
Kini setelah sukses dengan bukunya, Jerry lebih giat
untuk memantau berita-berita dan informasi tentang
Islam. Bukan cuma itu, kegiatannya pun kian bertambah
dengan aktivitas dakwahnya di masjid-masjid dan majlis
taklim seputar Jabotabek. Kepada saudara-saudara
Muslimnya, ia banyak berkisah tentang mulianya Islam
dan temuan-temuannya.
Ia juga kerap menyampaikan pesan-pesan singkat, tapi
mengena. "Pendek kata, umat Islam harus menunjukkan
wajahnya yang ramah dan cinta damai. Jangan reaksi
berlebihan karena itulah yang tengah ditunggu-tunggu
oleh kalangan media Barat untuk menyudutkan kita,"
kata dia.
Jerry D.Gray
Kelahiran : Wiesbaden, 24 September 1960
Karier :
- mekanik pesawat AU AS
- instruktur selam
- kameraman freelance CNBC Asia
Nama istri : Ratna Komala
Nama anak : Adam